Bukti Cinta Sejati


Beranjak dari usia anak-anak ke usia remaja, mengenal dan mengenang cinta pertama adalah kisah  yang paling membahagiakan, bahkan sampai ke usia tuapun mungkin sulit untuk  dilupakan, saya pikir  hampir semua orang akan mengalami hal demikian, Begitu pula dengan penulis kisah ini. Sejak saya umur 14 tahun tepatnya saya duduk di bangku kelas 2 SLTP,  mulai mengenal yang namanya cinta pertama, awal merasakan perasaan sayang dan di sayangi  terhadap seorang gadis, pada saat  itu saya tinggal menumpang di rumah orang, karna sekolah saya jauh dari kampung halaman jaraknya kurang lebih 30 km,  yang hanya bisa di tempuh dengan jalan kaki selama kurang lebih  3 jam melewati berbukitan yang terjal.

Hari demi hari yang kulalui di sekolah dan dirumah tempat aku numpang tinggal, 1 tahun terahir berjalan biasa saja antara saya dan tuan rumah begitu juga dengan keluarganya yang lain, termasuk anak gadisnya yang sudah berumur 17 tahun masih duduk di bangku SLTA kelas II, bahkan satu kompleks sekolah dengan saya, jika pagi tiba  kita  sama-sama berangkat ke sekolah, jika aku telat dia selalu nunggu untuk bareng, begitu pula di saat jam pulang sekolah dia selalu nungguin saya depan kelas, hampir setiap hari sampai aku dirumah dia selalu temani saya makan siang, bahkan di saat pagi hari dia juga sering bantu saya untuk menyiram bunga, begitulah sedikit gambaran hari-hari yang saya lewati selama kurang lebih satu tahun bersama dia dengan keluarganya, tapi ku anggap itu hal yang biasa saja sebagai perasaan kakak dan adik saja,saya  juga gak pernah berpifikir hal yang macam-macam.

Singkat cerita kenyataan berkata lain ternyata dia mulai mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya lewat coretan yang dia selipkan dibuku tulis saya, saya juga mulai menanggapinya dengan perasaan percaya dan tidak, karna melihat sosoknya yang begitu polos,cantik dan putih, bahkan di kelasnya dia menjadi gadis primadona , saya juga merasa sangat bangga karna bisa pacaran dengan dia yang sekaligus anak tuan saya, hubungan ini saya jalani sekitar 1 tahun hidup satu atap dengan penuh kebahagiaan, tanpa di ketahui oleh orang tuanya, namun pada akhirnya orang tuanya mulai curiga tentang kedekatan saya dengan anaknya memaksa saya untuk jujur sebelum dia bertanya, hal yang paling saya takuti ialah di usir secara paksa dari rumah dia, tapi kenyataan berkata lain malah hubungan saya dengan anaknya dapat dukungan 100 persen, begitu pula dengan keluarga pacar saya, bahkan orang tuanya sering menasehati saya untuk hubungan dengan anaknya bisa secepatnya berlanjut kejenjang pernikahan, tetapi nasehat itu ku anggap biasa saja karna ku belum berfikir sedikitpun untuk mengarah ke sana, karna perjalanan saya masih panjang, ku masih berfikir bagaimana saya bisa melanjutkan pendidikan di SLTA sampai ke perguruan tinggi, pada tahun terahir saya duduk di bangku sekolah SLTP begitu juga dengan pacar saya tahun terahir duduk di bangku SLTA. Hari-hari Perpisahan mulai menjadi ketakutan di hati pacar saya, perubahanpun mulai terlihat, dia lebih sering duduk menyendiri, bahkan sering disaat di menggenggam tangan saya, menyandarkan kepalanya di pundak saya, selalu meneteskan air mata, tanpa pernah mengungkapkan banyak kata hanya kata “sayang” yang selalu terlontar dari bibirnya yang tipis dan manis, sesekali dia mencium tangan saya, tapi aku selalu menanggapinya dengan senyum saja tanpa pernah membalasnya dengan kata “sayang” pada akhirnya hari-hari yang saya tunggu telah tiba, ujian EBTANAS selesai, begitupun juga dia, tiba saatnya saya balik ke kampung halaman sayapun di jemput oleh ayah, begitu juga dengan pacar saya dia meminta ijin untuk bisa ikut berlibur di kampung, akhirnya jadi pulang bareng, selama 1 bulan dia berada di rumah diapun sangat dekat dengan kedua orang tua saya termasuk ibu, keberadaannyapun di rumah di sambut gembira, dia seakan dianggap sebagai sosok menantu ibu saya,mungkin karna sosoknya yang begitu lembut dan sopan, tapi ku secara pribadi anggap biasa saja, malahan saya mulai merasakan kedatangannya di rumah akan mengancam keinginan saya untuk bisa melanjutkan pendidikan SLTA kemakassar. Karna ibu saya (alm) mulai banyak memberikan harapan untuk secepatnya bisa di lamar, tapi saya secara pribadi selalu menolak itu semua, karna saya belum siap hal yang demikian, pada akhirnya terjadilah kesepakatan kedua orang tua hanya sekedar tunangan saja, dan dia siap menunggu saya sampai saya selesai sekolah di SLTA di makassar. Di hari-hari libur, sayapun masih selalu menyempatkan diri untuk bisa bertemu, minimal 1 bulan sekali, komunikasipun lewat surat Pos berjalan dengan lancar beberapa tahun, bahkan sampai masuk tahun ke dua saya di makassar, diapun masih selalu setia menuggu saya, bahkan selalu ngirim surat berkali-kali meski ku gak pernah membalas suratnya, memasuki tahun ke tiga bahkan ku sudah jarang pulang kampung paling 3 bulan sekali itupun tanpa dia ketahui, ternyata usaha pacar saya (tunangan) tidak berahir sampai disitu dengan perasaan nekad diam-diam mencari keberadaan tempat kos saya di makassar di temani dengan cewek satu kampung dengan saya, yang kebutulan kuliah di makassar dan juga ngekos tidak jauh dari tempat saya, dengan linangan air mata pacar saya menyambangi tempat kosku, karakter dia tidak jauh beda dari dulu sampai sekarang, yang pendiam lebih banyak mengungkapkan perasaan dengan air mata,di banding dia harus ngomong, selama 1 minggu dia berada di makassar sifat sayangnya dari dulu tidak pernah berubah, selalu setia memperhatikan saya terutama soal makan, hanya kata yang paling sering dia ucapkan di saat di dekatku, pengen sama-sama lagi separti dulu,” tapi aku hanya bisa jawab sabar perjalanan kita masih panjang”, seiring dari perjalanan hubungan saya dengan dia mamasuki tahun ke 5 (lima) sayapun juga sudah selesai pendidikan di SLTA dimakassar, niat sayapun tidak berahir sampai disini, aku masih ingin kuliah dan punya pekerjaan yang mapan, ternyata hal ini yang membuat dia tidak kuasa lagi untuk menunggu karna melihat kondisi ibunya yang sakit parah tak kunjung sembuh, dia berharap bisa bahagiakan ibunya sebelum dia meninggal, tidak berlansung lama dia beritahu saya, bahwa ada orang yang mau melamar dia, akupun meresponnya “terima saja” tapi ternyata dia tidak serta merta terima semua karna dia terikat dengan sebuah janji, keluarganya dengan keluarga aku, pada akhirnya aku yang mengalah “bahwa itulah jodoh kamu sebenarnya telah kau temukan” tetapi harapan terbesar dari kedua keluarga, saya dan dia bisa bersama, tapi saya secara pribadi belum cukup siap untuk saat itu, jadilah hubunganku dengan dia terputus, dia juga dengan terpaksa harus menikah dengan orang yang dia tidak sayangi, bahkan di usia perkawinannya memasuki bulan ke 3 (tiga) dia masih sempat mengirim surat kepada saya, dengan mengembalikan semua surat yang pernah aku kirim mulai sejak awal pacaran 5 (lima) tahun terahir, yang tumpukannya cukup banyak.

Saat itu aku baru mengerti bahwa jangankan cinta dan kasih sayangnya kepada saya,  selembar surat saja, selama 5 (lima) tahun dia simpan rapi, bahkan kata terahir dari suratnya dia berjanji untuk dapat mengenangku, setelah terlahir anak pertamanya dia akan memberi nama singkatan saya dengan dia. Ternyata itu betul di buktikan.

“Sobatku  para pembaca blog saya, sengaja saya tulis kisah ini, agar kita lebih bisa memahami dan menghargai perasaan seorang wanita, lebih mengerti arti mencintai yang sesungguhnya. Saya yakin kesempatan tidak akan datang dua kali, jangan sampai perasaan bersalah akan menghantui kita sepanjang masa”Amatory"